Home » Ekonomi Indonesia » Apa yang menyebabkan deflasi di Indonesia selain penurunan daya beli?

Apa yang menyebabkan deflasi di Indonesia selain penurunan daya beli?

heri kontributor 11 Mar 2025 27

Apa yang menyebabkan deflasi di Indonesia selain penurunan daya beli? Pertanyaan ini krusial mengingat deflasi, meski tampak menguntungkan karena harga barang turun, justru bisa menjadi sinyal bahaya bagi perekonomian. Bukan hanya penurunan daya beli konsumen yang berperan, melainkan serangkaian faktor kompleks yang saling terkait, mulai dari peningkatan produksi hingga dinamika pasar global. Memahami faktor-faktor ini penting untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat dan mencegah dampak negatif deflasi yang berkepanjangan.

Deflasi di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Faktor penawaran agregat, seperti peningkatan produksi barang dan jasa, serta peran teknologi dan inovasi, ikut andil dalam menekan harga. Di sisi lain, faktor permintaan agregat, seperti penurunan permintaan domestik dan eksternal, serta pengaruh suku bunga dan ekspektasi konsumen, juga memainkan perannya. Kebijakan moneter yang ketat, fluktuasi nilai tukar, harga komoditas global, dan hambatan struktural di dalam negeri turut membentuk lanskap deflasi di Indonesia.

Faktor Penawaran Agregat

Selain penurunan daya beli, deflasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor penawaran agregat. Penawaran agregat mengacu pada total jumlah barang dan jasa yang tersedia di perekonomian pada tingkat harga tertentu. Perubahan dalam penawaran agregat, baik peningkatan maupun penurunan, akan berdampak signifikan terhadap tingkat harga dan kemungkinan terjadinya deflasi.

Peningkatan produksi barang dan jasa secara umum akan menekan tingkat harga. Hal ini karena semakin banyaknya barang dan jasa yang tersedia di pasar relatif terhadap permintaan, menyebabkan persaingan antar produsen meningkat. Untuk menarik konsumen, produsen cenderung menurunkan harga jual produknya, sehingga berpotensi menyebabkan deflasi. Sebaliknya, penurunan produksi akan mengurangi pasokan barang dan jasa, mendorong kenaikan harga, dan berpotensi menyebabkan inflasi.

Sektor Ekonomi yang Mempengaruhi Penawaran Agregat

Beberapa sektor ekonomi di Indonesia memiliki peran yang sangat signifikan dalam mempengaruhi penawaran agregat. Sektor pertanian, misalnya, dengan produksi komoditas pangannya yang besar, berpengaruh langsung terhadap harga-harga kebutuhan pokok. Perubahan produksi di sektor ini, seperti panen raya yang melimpah, dapat menekan harga pangan dan berkontribusi pada deflasi. Begitu pula dengan sektor industri manufaktur, yang produksinya berdampak pada ketersediaan barang-barang industri dan konsumsi.

Sektor pertambangan juga berperan penting, terutama dalam hal komoditas ekspor yang mempengaruhi neraca perdagangan dan nilai tukar rupiah.

Korelasi Pertumbuhan Ekonomi, Produksi, dan Inflasi/Deflasi (2019-2023)

Tabel berikut menunjukkan gambaran umum korelasi antara pertumbuhan ekonomi, produksi barang dan jasa, dan tingkat inflasi/deflasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Data ini bersifat ilustrasi dan perlu diverifikasi dengan data resmi dari BPS dan sumber terpercaya lainnya.

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Produksi Barang & Jasa (Indeks) Inflasi/Deflasi (%)
2019 5,02 110 3,0
2020 -2,07 95 1,7
2021 3,69 105 1,7
2022 5,31 115 5,5
2023 (estimasi) 4,5 120 3,6

Catatan: Data dalam tabel ini merupakan ilustrasi dan perlu diverifikasi dengan data resmi dari sumber terpercaya. Indeks produksi barang dan jasa merupakan angka indeks yang menunjukkan perubahan relatif terhadap tahun dasar.

Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Penawaran Agregat

Kebijakan pemerintah terkait regulasi produksi, seperti deregulasi, insentif fiskal, dan penyederhanaan perizinan, dapat mempengaruhi penawaran agregat. Deregulasi, misalnya, dapat meningkatkan efisiensi produksi dan menurunkan biaya produksi, sehingga meningkatkan penawaran agregat dan menekan harga. Sebaliknya, kebijakan proteksionis yang membatasi impor dapat mengurangi penawaran agregat dan mendorong kenaikan harga.

Peran Teknologi dan Inovasi

Teknologi dan inovasi berperan penting dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Adopsi teknologi canggih dalam berbagai sektor dapat meningkatkan output dengan input yang lebih sedikit, sehingga menekan biaya produksi dan harga jual. Otomatisasi, misalnya, dapat meningkatkan efisiensi produksi di sektor manufaktur, berkontribusi pada peningkatan penawaran agregat dan menekan inflasi atau bahkan mendorong deflasi.

Faktor Permintaan Agregat

Penurunan daya beli memang menjadi faktor utama deflasi, namun bukan satu-satunya. Permintaan agregat, yang merupakan total permintaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian, juga memainkan peran krusial. Penurunan permintaan agregat dapat menekan harga-harga, mendorong terjadinya deflasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat ini bersifat kompleks dan saling berkaitan, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Penurunan Permintaan Domestik dan Eksternal

Penurunan permintaan domestik, yang meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis, secara langsung menekan permintaan terhadap barang dan jasa di pasar domestik. Hal ini berdampak pada penurunan harga karena produsen harus berjuang untuk menjual produk mereka. Demikian pula, penurunan permintaan eksternal, berupa penurunan ekspor, juga menekan harga karena berkurangnya permintaan dari luar negeri. Kedua faktor ini saling memperkuat dan dapat menyebabkan deflasi yang signifikan.

Contoh Penurunan Permintaan dan Dampaknya

Krisis moneter Asia 1997-1998 merupakan contoh nyata penurunan permintaan yang menyebabkan deflasi di Indonesia. Ketidakpastian ekonomi menyebabkan penurunan tajam dalam konsumsi dan investasi, sekaligus mengurangi ekspor. Akibatnya, permintaan agregat anjlok dan memicu deflasi yang cukup dalam. Harga berbagai komoditas, mulai dari properti hingga barang konsumsi, mengalami penurunan signifikan. Situasi serupa juga terjadi pada awal pandemi Covid-19 di tahun 2020, dimana pembatasan mobilitas dan ketidakpastian ekonomi menekan permintaan domestik dan menyebabkan penurunan harga di beberapa sektor.

Pengaruh Suku Bunga terhadap Pengeluaran

Suku bunga merupakan instrumen kebijakan moneter yang berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran investasi dan konsumsi. Kenaikan suku bunga cenderung meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mengurangi investasi bisnis dan konsumsi rumah tangga yang bergantung pada kredit. Sebaliknya, penurunan suku bunga dapat mendorong investasi dan konsumsi, meningkatkan permintaan agregat. Dalam konteks deflasi, kebijakan moneter yang menurunkan suku bunga bertujuan untuk merangsang permintaan agregat dan mendorong kenaikan harga.

Faktor Eksternal dan Permintaan Agregat

Faktor-faktor eksternal, seperti krisis ekonomi global, juga dapat secara signifikan mempengaruhi permintaan agregat di Indonesia. Krisis keuangan global tahun 2008, misalnya, mengakibatkan penurunan tajam permintaan ekspor Indonesia karena menurunnya permintaan global. Hal ini menyebabkan penurunan harga komoditas ekspor dan berkontribusi pada tekanan deflasi di dalam negeri. Perubahan harga komoditas global juga merupakan faktor eksternal yang berpengaruh, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor komoditas seperti Indonesia.

Ekspektasi Konsumen dan Bisnis

Ekspektasi konsumen dan bisnis terhadap kondisi ekonomi masa depan juga berperan penting dalam membentuk permintaan agregat. Jika konsumen dan bisnis memperkirakan penurunan ekonomi di masa depan, mereka cenderung mengurangi pengeluaran saat ini. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan agregat dan memperburuk tekanan deflasi. Sebaliknya, ekspektasi positif akan mendorong peningkatan pengeluaran dan membantu mencegah atau mengurangi dampak deflasi.

Faktor Moneter

Selain penurunan daya beli, faktor moneter berperan signifikan dalam memicu deflasi di Indonesia. Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia (BI) memiliki dampak langsung terhadap jumlah uang beredar, suku bunga, dan nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat harga barang dan jasa di perekonomian.

Kebijakan Moneter Ketat dan Deflasi

Kebijakan moneter yang ketat, ditandai dengan peningkatan suku bunga acuan BI, bertujuan untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Dengan suku bunga yang lebih tinggi, biaya pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi aktivitas investasi dan konsumsi. Penurunan permintaan agregat ini, jika signifikan, dapat menekan tingkat harga dan memicu deflasi. Hal ini terjadi karena produsen, menghadapi permintaan yang lemah, cenderung menurunkan harga jual produk mereka untuk tetap bersaing dan menjual barang dagangannya.

Peran Bank Indonesia dalam Mengendalikan Inflasi dan Deflasi

Bank Indonesia memiliki mandat utama untuk menjaga stabilitas nilai rupiah dan pengendalian inflasi. BI menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter, terutama suku bunga acuan (BI7DRR), untuk mencapai tujuan tersebut. Kenaikan suku bunga akan mengurangi inflasi, namun berpotensi memicu deflasi jika diterapkan secara berlebihan. Sebaliknya, penurunan suku bunga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun berisiko meningkatkan inflasi jika tidak diimbangi dengan pengendalian permintaan agregat.

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter dan Dampaknya terhadap Harga

Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses penyebaran dampak perubahan suku bunga acuan BI terhadap variabel ekonomi makro lainnya, termasuk tingkat harga. Misalnya, kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya pinjaman perbankan, yang selanjutnya akan diteruskan ke suku bunga kredit. Hal ini akan mengurangi investasi dan konsumsi, sehingga menurunkan permintaan agregat dan menekan harga. Sebaliknya, penurunan suku bunga akan menurunkan biaya pinjaman, mendorong investasi dan konsumsi, meningkatkan permintaan agregat, dan berpotensi meningkatkan inflasi. Efektivitas transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi perekonomian, ekspektasi pelaku ekonomi, dan struktur pasar keuangan.

Peningkatan Cadangan Devisa dan Dampaknya terhadap Nilai Tukar dan Tingkat Harga

Peningkatan cadangan devisa Indonesia dapat memperkuat nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Rupiah yang menguat akan menurunkan harga barang impor, sehingga menekan inflasi. Namun, dampaknya terhadap tingkat harga domestik secara keseluruhan kompleks dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk elastisitas permintaan terhadap barang impor dan struktur perekonomian.

Dampak Kebijakan Moneter Longgar terhadap Inflasi dan Potensi Konsekuensi Negatifnya

Kebijakan moneter yang longgar, ditandai dengan penurunan suku bunga acuan, bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan likuiditas dan menurunkan biaya pinjaman. Namun, kebijakan ini berpotensi meningkatkan inflasi jika permintaan agregat meningkat tajam melebihi kemampuan penawaran. Konsekuensi negatif dari inflasi yang tinggi antara lain erosi daya beli masyarakat, ketidakpastian ekonomi, dan distorsi alokasi sumber daya. BI perlu menyeimbangkan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga.

Faktor Struktural

Selain penurunan daya beli, deflasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor struktural yang kompleks dan saling berkaitan. Peningkatan efisiensi, hambatan birokrasi, globalisasi, persaingan usaha, dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semuanya berperan dalam membentuk lanskap ekonomi dan berdampak pada tingkat harga. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor-faktor ini krusial untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat guna mengatasi deflasi.

Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas

Peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai sektor ekonomi dapat berkontribusi pada penurunan harga barang dan jasa. Adopsi teknologi canggih, perbaikan manajemen, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja dapat meningkatkan output dengan biaya yang lebih rendah. Sebagai contoh, otomatisasi dalam industri manufaktur dapat mengurangi biaya produksi, sehingga harga barang jadi dapat ditekan. Hal ini, meskipun positif bagi konsumen, dapat berkontribusi pada deflasi jika tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan.

Hambatan Struktural di Indonesia

Berbagai hambatan struktural di Indonesia menghambat pertumbuhan ekonomi dan dapat memicu deflasi. Biaya logistik yang tinggi, regulasi yang rumit dan tumpang tindih, serta infrastruktur yang belum memadai meningkatkan biaya produksi dan distribusi. Keterbatasan akses terhadap pembiayaan juga menjadi kendala bagi pelaku usaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), untuk berinovasi dan meningkatkan produktivitas. Akibatnya, daya saing produk dalam negeri menurun, dan harga barang dan jasa cenderung stagnan atau bahkan turun.

Dampak Globalisasi dan Perdagangan Internasional

Globalisasi dan perdagangan internasional berdampak signifikan terhadap struktur pasar di Indonesia. Peningkatan impor barang dan jasa dengan harga yang lebih kompetitif dapat menekan harga barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri. Aliran modal asing juga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Di sisi lain, akses pasar internasional juga membuka peluang bagi eksportir Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan.

Namun, perlu diingat bahwa ketergantungan yang tinggi pada impor dapat membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global dan potensi deflasi impor.

  • Meningkatnya persaingan pasar dalam negeri akibat masuknya produk impor.
  • Tekanan pada harga barang dan jasa domestik akibat harga impor yang lebih rendah.
  • Potensi peningkatan efisiensi produksi dalam negeri untuk menghadapi persaingan global.
  • Resiko ketergantungan pada pasar ekspor dan fluktuasi harga komoditas global.

Dampak Peningkatan Persaingan Usaha

Peningkatan persaingan usaha di Indonesia, baik dari pelaku usaha domestik maupun asing, cenderung menekan harga barang dan jasa. Para pelaku usaha akan berupaya untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif guna menarik konsumen. Hal ini dapat terlihat pada sektor ritel, telekomunikasi, dan transportasi, di mana persaingan yang ketat mendorong penurunan harga. Namun, persaingan yang tidak sehat, seperti perang harga yang tidak berkelanjutan, dapat merugikan pelaku usaha dan berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi.

Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa. E-commerce dan platform digital lainnya mempermudah akses konsumen terhadap berbagai produk dan layanan, serta memperpendek rantai pasok. Hal ini dapat menekan biaya distribusi dan meningkatkan efisiensi logistik, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada penurunan harga. Namun, perlu dipertimbangkan juga dampaknya terhadap tenaga kerja di sektor tradisional yang terdisrupsi oleh teknologi.

Faktor Internasional

Deflasi di Indonesia tak hanya dipengaruhi faktor domestik, tetapi juga dinamika ekonomi global yang kompleks. Perubahan harga komoditas internasional, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan kebijakan ekonomi negara lain turut berperan signifikan dalam menekan tingkat harga di dalam negeri. Pemahaman terhadap faktor-faktor eksternal ini krusial untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat dan efektif.

Penurunan Harga Komoditas Global dan Dampaknya

Indonesia sebagai negara pengekspor komoditas utama, sangat rentan terhadap fluktuasi harga di pasar internasional. Penurunan harga komoditas ekspor, seperti minyak sawit mentah (CPO), batu bara, dan nikel, secara langsung menekan pendapatan devisa negara dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini berpotensi memicu deflasi karena penurunan harga komoditas tersebut akan mempengaruhi harga barang dan jasa di pasar domestik.

  • Penurunan harga CPO, misalnya, berdampak pada pendapatan petani sawit dan perusahaan perkebunan sawit. Hal ini dapat mengurangi daya beli masyarakat dan selanjutnya menekan permintaan agregat, sehingga memicu deflasi.
  • Demikian pula, penurunan harga batu bara akan mengurangi penerimaan negara dari sektor pertambangan dan dapat menyebabkan penurunan investasi di sektor terkait.

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Impor dan Tingkat Harga, Apa yang menyebabkan deflasi di Indonesia selain penurunan daya beli?

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar AS, memiliki pengaruh signifikan terhadap harga barang impor. Apresiasi rupiah (penguatan nilai tukar) akan membuat harga barang impor menjadi lebih murah di Indonesia. Sebaliknya, depresiasi rupiah (pelemahan nilai tukar) akan menaikkan harga barang impor. Dalam konteks deflasi, apresiasi rupiah yang signifikan dapat menekan harga barang impor dan berkontribusi pada penurunan tingkat harga secara keseluruhan.

Faktor Eksternal Lain yang Mempengaruhi Deflasi

Selain harga komoditas dan nilai tukar, faktor eksternal lain juga dapat mempengaruhi deflasi di Indonesia. Misalnya, kebijakan moneter negara maju seperti Amerika Serikat atau Eropa dapat berdampak pada aliran modal global dan nilai tukar rupiah. Resesi ekonomi global juga dapat mengurangi permintaan barang ekspor Indonesia, sehingga menekan harga komoditas dan memicu deflasi.

  • Kebijakan suku bunga acuan di negara maju dapat mempengaruhi investasi asing di Indonesia dan aliran modal global. Kenaikan suku bunga di negara maju misalnya, dapat menarik modal keluar dari Indonesia dan menyebabkan depresiasi rupiah.
  • Resesi ekonomi global dapat menurunkan permintaan barang dan jasa dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan memicu deflasi.

Fluktuasi Harga Minyak Dunia dan Dampaknya terhadap Inflasi dan Deflasi

Harga minyak dunia merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap inflasi dan deflasi di Indonesia. Sebagai negara pengimpor minyak, kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan biaya produksi dan distribusi barang dan jasa, mendorong inflasi. Sebaliknya, penurunan harga minyak dunia akan menurunkan biaya produksi dan distribusi, berpotensi memicu deflasi. Namun, dampaknya terhadap inflasi atau deflasi juga bergantung pada faktor lain seperti kebijakan pemerintah dan daya beli masyarakat.

Ilustrasi: Bayangkan skenario penurunan harga minyak dunia yang signifikan. Biaya transportasi dan bahan bakar industri menurun, sehingga harga barang dan jasa di pasar domestik juga cenderung menurun, berkontribusi pada deflasi. Namun, jika penurunan harga minyak tersebut diiringi dengan penurunan daya beli masyarakat yang signifikan, dampak deflasi mungkin tidak terlalu terasa atau bahkan terimbangi oleh faktor lain.

Ringkasan Akhir: Apa Yang Menyebabkan Deflasi Di Indonesia Selain Penurunan Daya Beli?

Deflasi di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu faktor. Penurunan daya beli memang berperan, tetapi peningkatan produksi, kebijakan moneter, faktor eksternal seperti harga komoditas global, dan hambatan struktural dalam perekonomian domestik juga berkontribusi signifikan. Pemahaman yang komprehensif terhadap interaksi berbagai faktor ini menjadi kunci untuk merumuskan strategi penanggulangan deflasi yang efektif dan berkelanjutan, serta memastikan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan stabil.

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Inflasi Rendah Dampak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dunia

heri kontributor

17 May 2025

Akibat inflasi rendah terhadap pertumbuhan ekonomi dunia menjadi perhatian utama para ekonom dan pembuat kebijakan global. Tren inflasi rendah yang terjadi di banyak negara dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap investasi, konsumsi, dan akhirnya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Faktor-faktor seperti suku bunga dan pasar modal turut terpengaruh, serta bagaimana dampaknya pada negara …

Antrean & Sembako Pasar Jaya Info Terbaru Otosistem

heri kontributor

15 May 2025

Informasi terbaru antrean otosistem Pasar Jaya dan pengambilan sembako menjadi perhatian utama bagi masyarakat. Sistem antrean otosistem ini, yang diterapkan di sejumlah pasar, bertujuan untuk mengoptimalkan proses transaksi dan distribusi sembako. Namun, antrean yang panjang dan kendala yang mungkin terjadi perlu diantisipasi agar proses pengambilan sembako tetap lancar dan efisien. Artikel ini akan membahas informasi …

Dampak Tuduhan Richard Lee pada Reputasi Aldy Maldini

heri kontributor

15 May 2025

Dampak tuduhan Richard Lee terhadap Aldy Maldini dan reputasinya menjadi sorotan publik. Tuduhan yang dilayangkan memicu beragam reaksi dan pertanyaan tentang kebenarannya, serta bagaimana hal itu berdampak pada citra publik Aldy Maldini. Peristiwa ini menyoroti bagaimana opini publik dan media dapat membentuk persepsi, dan bagaimana seorang publik figur merespon tuduhan tersebut. Artikel ini akan meneliti …

Anggaran Pendidikan Sulsel Pemerataan Kesempatan Belajar

heri kontributor

15 May 2025

Anggaran pendidikan di Sulsel untuk pemerataan kesempatan belajar – Anggaran pendidikan di Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk pemerataan kesempatan belajar menjadi fokus penting dalam memajukan pendidikan di daerah tersebut. Alokasi anggaran yang tepat dan strategi yang terencana akan sangat berpengaruh terhadap akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang masih memiliki keterbatasan. Kondisi anggaran …

Reaksi Publik Terhadap Kedekatan Brian dan Gisel

heri kontributor

14 May 2025

Reaksi publik terhadap isu kedekatan Brian dan Gisel menjadi sorotan utama. Sentimen beragam, mulai dari dukungan hingga kecaman, bahkan ketidakpedulian. Faktor-faktor seperti reputasi publik, peran media sosial, dan persepsi pribadi turut memengaruhi respons masyarakat terhadap hubungan keduanya. Berbagai sumber informasi, mulai dari media sosial hingga berita online, merekam beragam reaksi publik. Tren dan perkembangan reaksi …

Judi Online dan Kemiskinan di Indonesia Ancaman Tersembunyi

heri kontributor

11 May 2025

Dampak judi online terhadap kemiskinan di Indonesia merupakan isu krusial yang perlu perhatian serius. Fenomena ini bukan sekadar masalah individu, tetapi mengancam stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat. Tingginya ketergantungan terhadap judi online, diiringi oleh minimnya edukasi dan kontrol, berpotensi memperburuk kondisi kemiskinan yang sudah ada di Indonesia. Ancaman ini perlu diantisipasi dengan kebijakan yang tepat …